Senin, 09 April 2012

Pilwabup, Sedingin Bola Salju


HANYA menunggu hitungan hari, penyerahan 2 nama calon Wakil Bupati Garut oleh Bupati H. Aceng HM Fikri, S.Ag kepada DPRD di dalam rapat paripurna nanti. Tentunya dapat dibayangkan kegalauan Bupati dalam menentukan siapa yang akan diusulkan untuk mendampingi dirinya. Dua syarat yang dipinta Aceng HM Fikri, kepada bakal calon wabup Garut, yakni dapat menguatkan posisi politiknya dan berkomitmen melakukan perubahan perbaikan kearah lebih baik di akhir masa tugas, tidaklah cukup untuk meyakinkan dirinya bahwa bakal calon yang dia usulkan benar-benar mematuhinya. Belum lagi puluhan peminat dari berbagai latarbelakang yang sedang antri, penuh harap agar Bupati dapat meminangnya. Bisa jadi, para pelamar yang tidak terakomodir apalagi jika telah terjadi komunikasi under table, akan menjadi batu sandungan dikemudian hari.
Menarik apa yang disampaikan aktivis senior, yang juga Sekjen Serikat Petani Priangan (SPP), Agustiana, ketika bertemu beberapa waktu lalu di Pendopo. Katanya, kebutuhan Wakil Bupati Garut hakekatnya bukan kebutuhan masyarakat, melainkan kebutuhan Bupati Aceng HM Fikri. Cukup dipahami dan bisa dibenarkan pernyataan yang dilontarkan pria jangkung itu. Sebab, Wakil Bupati Garut yang akan diusulkan Bupati Aceng HM Fikri, akan menentukan masa depan politiknya Bupati itu sendiri. Lalu siapa orangnya yang akan diusulkan Bupati dan kedepan dapat setia membantu dirinya.  Jauh hari, Ketua DPRD Garut, Ahmad Bajuri, SE, menyebutkan mengisi kekosongan jabatan Wakil Bupati Garut, jangan dibicarakan dulu secara farsial. Melainkan untuk kepentingan pemerintahan Kabupaten Garut secara universal, mulai dari kondusifitas dan kedinamisan ke depan. Setelah itu baru membidik sosok yang pantas untuk itu, selain tentunya sinergis dengan kebutuhan bupati.
Latar belakang calon Wakil Bupati Garut, baik dari partai politik maupun perseorangan, bagi Bupati Aceng, memang bukan sesuatu yang prinsip. Kendati persoalan ini tetap menjadi argumentasi, terutama bagi para pengusung yang telah menghantarkan dirinya menjadi Bupati Garut yakni tim independen. Berharap Bupati Aceng, memboyong wakilnya kembali dari perseorangan. Bahkan, sekalipun Bupati mengatakan kendati calon yang ia usung dari struktur partai politik, tetapi ia pilih secara pribadinya. Hal ini tidak dapat ditampik kalau peran partai politik tetap ada. Buktinya, beberapa calon dari struktur partai yang melamar dirinya, secara resmi melamar diantar langsung partai politik itu sendiri.
Ada beberapa pendapat publik yang bisa diterima secara logika. Jika Bupati Aceng mengusulkan dari unsur partai politik, ke depan akan menjadi ancaman bagi politiknya Bupati Aceng, karena diakhir jabatan nanti wabup yang telah diusulkan Bupati Aceng pun bisa saja memiliki rencana lain di internal partainya. Ancaman pun dapat menimpa partai lainnya, sehingga ada kemungkinan calon dari partai yang diusulkan Bupati tidak dipilihnya. Pendapat lainnya, apabila Bupati mengusulkan dari perseorangan, kekhawatiran tidak mendapat dukungan secara politik DPRD. Sehingga, akhirnya merepotkan Bupati.
Pilihan ini tentunya bagi Bupati Aceng, sudah sangat dipahami. Dari inteletualitasnya, dipercaya ia mampu mengatasi dan menentukan mana yang dapat memberikan solusi terbaik untuk kepentingan di pemerintahannya. Pastinya, kedua orang yang akan diboyong Bupati, telah berkomitmen, memiliki intergritas tinggi, loyal dan kominaktif dengan berbagai kalangan.
Menanggapi Pilwabup, diakui di masyarakat memang cukup dingin. Hanya saja dinginnya sedingin bola salju. Jika menggelinding bolanya akan membesar dan keras, semakin besar semakin kuat pula melaju. Maka jangan pernah meremehkan dinginnya bola salju, seperti dinginnya menyaksikan Pilwabup Garut ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar