Minggu, 22 April 2012

Ketua DPRD Garut, Ahmad Bajuri, SE ; Dua Nama Calon Wabup yang Diusulkan Bupati Masih Tentatif


GD. DEWAN, (GE).- Setelah dua nama calon Wakil Bupati Garut disampaikan Bupati H. Aceng HM Fikri, SAg di rapat paripurna DPRD, Kamis (19/4) kemarin, bukan semata-mata dua orang nama tersebut, yakni Agus Hamdani dan Usep Jaenal Aripin, calon resmi yang tak dapat tergantikan atau lolos diterima Panitia Pemilihan (Panlih). Kedua nama itu bisa saja dikembalikan ke bupati, bahkan gugur karena tak memenuhi syarat. Hal itu disampaikan Ketua DPRD Garut, Ahmad Bajuri, SE, saat ditemui di ruang kerjanya.
Menurut Ahmad Bajuri, sekalipun bupati telah menyerahkan dua nama cawabup ke DPRD, tetapi tanggungjawab bupati sementara ini belum selesai, karena tahapan paripurna kemarin hanya berupa penyerahan dua nama cawabup oleh bupati. Artinya DPRD baru menerima berkas bakal cakol yang perlu diperiksa kembali dan harus sesuai dengan persyaratan yang sudah ditentukan.
“Siapa bilang bola panas cawabup sudah ada di DPRD. Penyerahan dua nama di parupurna kemarin baru tahapan pertama. Ada tiga tahapan paripurna yang mesti dilalui DPRD dalam pemilihan cawabup ini, yaitu paripurna penyerahan dua nama oleh bupati, kemudian paripurna penetapan calon dan paripurna pemilihan,” ujarnya.
Ditambahkan Bajuri, saat ini baru melalui proses paripurna penyerahan 2 dua nama. Tetapi, apabila sudah dilakukan paripurna penetapan calon, maka seluruh tanggungjawab sepenuhnya sudah ada di DPRD. Diperkirakan paripurna penetapan akan dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2012 dan paripurna pemilihannya dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2012. Sisa waktu ini dipergunakan untuk memeriksa keabsahan administrasi yang telah dilakukan verifikasi oleh bupati. Apabila memang ditemukan ketidaksesuaian, tentunya berkas tersebut akan dikembalikan ke bupati. Tidak menutup kemungkinan pula, jika persyaratan administrasi calon tak memenuhi ketentuan dan tidak dapat diperbaiki karena memenuhi ketetapan yang benar, maka bisa saja bupati mengusulkan kembali nama lain sebagai pengganti. “Dua nama calon yang diusulkan bupati masih tentatif. Kita perlu periksa ulang keabsahan administrasi mulai dari latar belakang pendidikan, SKCK dan syarat kesehatannya. Kita pun dapat menerima informasi atau masukan dari publik, apabila memang dapat dipertanggjawabkan. Tentunya itu untuk menghindari ketika sudah ditetapkan sebagai calon, baru ditemukan kesalahan,” kata Ahmad Bajuri. (Tata E. Ansorie)***  

Paripurna Minus Pengunjung, Dua Nama yang Diusulkan Bupati Sudah Terprediksi


GD. DEWAN, (GE).- Penyampaian dua nama cawabup oleh Bupati Aceng HM Fikri, pada sidang paripurna kemarin, Kamis (19/4), semula dianggap bakal dihadiri masyarakat banyak, terutama seluruh calon yang telah menyerahkan berkas administrasi ke Bagian Pemerintah Pemkab Garut, sesuai tugas yang diperintahkan bupati dalam melakukan verifikasi bakal calon.
Faktanya, dalam sidang paripurna tersebut bisa dikatakan sepi pengunjung. Sebab, sejumlah yang hadir lebih didominasi aparat keamanan baik yang berseragam maupun berpakaian preman. Selebihnya adalah keluarga besar Deden Komarudin, kebetulan di waktu yang sama dirinya dilantik sebagai Anggota DPRD Garut dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menggantikan Almarhum Dede Irawan.
Sepinya sidang paripurna itu, disinyalir publik sudah mencium nama bakal calon yang akan diusulkan bupati sejak jauh-jauh hari. Seperti disampaikan Bendahara Kongres Rakyat Independen (KRI), Agus M Sutarman, SE, sekalipun sejumlah kandidat calon yang mendaftarkan diri dari berbagai unsur latarbelakang, bahkan memiliki integritas yang mumpuni untuk menduduki jabatan wakil bupati Garut, tetapi pilihan calon yang menjadi hak preogatif bupati, sudah mulai tercium siapa yang akan diusulkan bupati tersebut.
 “Tanpa maksud merendahkan dua nama caon yang diusulkan, sekalipun disebutkan oleh bupati sebagai putra Garut terbaik, tetapi dalam kancah pemerintahan daerah Kabupaten Garut, harus saya akui belum terdengar peran yang mereka lakukan. Tetapi kembali pada persoalan hak preogatif bupati, mungkin seleranya seperti itu. Bahkan, bisa jadi dua nama itu keinginan DPRD pula. Terlihat, setelah bupati menyebutkan 2 nama itu, disambut tepuk tangan dewan,” ujar Agus.
Ditambahkan Agus, komponen di dalam Kongres Rakyat Independen yang memiliki historis pemenangan Pilkada 2008 bagi Aceng HM Fikri dan Diky Candra dari perseorangan, merasa bertanggujawab mencoba membantu bupati dalam membuka ruang untuk pencalonan wakil bupati sebagai pendampingnya. Namun, niat baik itu sama sekali diabaikan dan tidak dilirik oleh bupati. Padahal tujuh nama hasil penjaringan KRI, dipandang memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Tak satu pun calon diminati bupati. “Ya itu tadi, tergantung selera. Apalagi bupati melakukan manuver dengan mensyaratkan calon untuk mendapatkan  dukungan tiga partai politik di DPRD, sehingga dapat diprediksi oleh semua, calon dari internal partai tentunya bakal diusulkan. Buktinya kita bisa melihat sendiri. Makanya, saya dan mungkin yang lainnya merasa tak perlu datang melihat Paripurna, karena sudah dapat memprediksi sendiri. Dalam pemilihan nanti pun, saya meyakini tidak akan ramai. Kalau sudah begini DPRD tidak akan melihat kwalitas lagi, tapi siapa yang menguntungkan dirinya itu yang dipilih. Jadi apa menariknya buat masyarakat, sekalipun salahsatunya akan menjadi pemimpin daerah,” jelas Agus.
Bupati Garut, Aceng HM Fikri menyebutkan dua nama calon yang diajukan ke DPRD Garut dalam rapat sidang paripurna. Dirinya menyebutkan untuk dua nama calom wabup yang di ajukan ke DPRD yakni, Agus Hamdani, Anggota DPRD dari Fraksi PPP dan mantan Aggota DPRD dari Partai Golkar,Usep Zainal Arifin.
Saat diwawancarai, Bupati Aceng mengatakan, ada pertimbangan tertentu  yang menjadi hak sebagai kepala daerah dengan disebut kewenangan atributif ,  di dalam Undang-undang  N0. 12 Tahun 2008 sebagai perubahan dalam Undang-undang N0 32, disitu Bupati berhak untuk mengusulkan dua nama. Dari beberapa calon yang sudah masuk, dirinya menilai bahwa dua calon yang sudah disebutkan pada sidang paripurna itu adalah yang tepat sesuai dengan harapanya, bukan berarti diluar nama calon tersebut dirinya tidak menilai bahwa beberapa calon yang tidak diusulkan itu tidak baik. “Saya harus memilih dua calon wakil bupati untuk mengusulkan ke DPRD, dan dua nama calon tersebut sesuai dengan harapan saya,“ katanya.
Aceng juga mengatakan, untuk dua nama calon yang sudah disebutkan itu, dirinya sudah menyelesaikan tugasnya sesuai dengan Undang-undang dan kini tinggal DPRD Garut untuk memproses sesuai dengan peraturan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan melakukan verifikasi atas dua nama yang sudah disebutkan berikut kelengkapan persyaratan administrative.  “Saya fikir untuk dua nama orang yang saya sebutkan itu untuk peryaratanya sudah lengkap dan untuk dua nama calon tersebut adalah orang terbaik saya dan pilihan saya karena keduanya cukup dewasa,” katanya. (Tata E. Ansorie)*** 

Hasanuddin ; Demi Kepentingan Garut, Tak Mungkin Saya Lakukan Transaksional


KOTA, (GE).- Dibalik penyampaian dua nama calon wakil bupati pada rapat paripurna DPRD oleh Bupati Garut, H. Aceng HM Fikri, SAg di gedung dewan, Kamis (19/4) kemarin. Sehari sebelumnya, Hasanuddin, salah satu calon yang disebut-sebut sebagai kandidat yang diperhitungkan bupati untuk diusulkan, ternyata secara mengejutkan, tepatnya pada Rabu malam (18/4), dia menyampaikan pesan kepada Bupati Garut, tidak bersedia dicalonkan mendampingi bupati.
Hal itu tentunya menyisakan sejuta pertanyaan publik. Mengingat, Hasanuddin, dianggap bakal mendampingi calon kuat lainnya, yakni Agus Hamdani, akan diusulkan oleh Bupati Aceng HM Fikri, pada rapat paripurna tersebut. Kendati pada kenyataannya, Agus Hamdani didampingi calon yang namanya tak pernah beredar di bursa pencalonan wabup, yaitu Usep Jaenal Aripin.
Menurut Drs. Mahyar Suara, SH, yang juga turut mencalonkan diri melalui Kongres Rakyat Independen (KRI), perlu dipertanyakan alasan yang sebenarnya atas mundurnya Hasanuddin. Kata Mahyar, tiba-tiba Hasanuddin mundur pada saat injury time. Padalah dirinya dipandang akan diusulkan bupati.
“Saya mensinyalir ada persoalan yang disembunyikan oleh Hasanuddin. Maka saya pikir perlu dia menyampaikan alasan kemundurannya kepada publik, sebab majunya dia diketahui publik dan saya meyakini dia memiliki peluah kuat untuk dicalonkan,” ujar Mahyar.
Ditambahkannya, sekalipun sama-sama mencalonkan diri, tetapi ia mempercayai kalau Hasanuddin memiliki integritas yang dapat dibilang sangat baik sebagai calon wakil bupati. Hanya saja di detik-detik akhir, diluar dugaan malah mengundurkan diri. “Penting, mengetahui alasan mundurnya di arena yang diperkirakan nyaris diraihnya. Tidak perlu ditutup-tutupi, karena akan berdampak negatif buat dirinya. Pastinya pun kita perlu mengetahui hal itu,” ujar Mahyar.
Sementara, saat dimintai keterangannya, Hasanuddin, membenarkan pada malam sebelum paripurna digelar, dirinya menginformasikan kepada bupati bahwa ia menarik diri dari pencalonan Wakil Bupati Garut. Selain kepada bupati, ia pun mengirimkan kabar ke rekan-rekannya tentang penarikan diri dari cawabup tersebut. “Ada perbedaan prinsipil dan mendasar terkait pengisian wabup yang kosong. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk menarik diri dan menyatakan tidak bersedia dicalonkan. Itulah alasan saya kenapa menarik diri dari pencalonan,” tutur Hasanuddin.
Dikatakannya pula, keputusan mundur tidak lain untuk menghormati diri sendiri dan teman-teman yang membantunya. Ia pun membantah jika telah terjadi transaksional, sehingga harus menarik diri. Kata Hasanuddin, demi kepentingan Garut tidak mungkin ia melakukan transaksional dan pragmatis. “Mungkin bagi orang lain bisa saja melakukan itu. Apalagi dalam penarikan diri dari pencalonan wakil bupati ini, saya memutuskannya disaksikan teman-teman dekat,” ujarnya.
Jika di analogikakan, lanjut Hasanuddin, ibarat dirinya sedang bermain sepak bola. Disuruh pelatih mendrible bola ke kiri dan ke kanan ia ikuti, bahkan beberapa kali disliding pun tetap bertahan. Namun ketika sudah di muka gawang dan akan mencetak bola, tiba-tiba gawangnya tidak ada, karena sudah ada yang mencabut. Untuk membobol gawang, tidak mungkin dirinya harus menunggu gawangnya dipasang kembali, karena memang tidak dikehendaki dirinya  mencatk goal. “Hanya diri kita yang harus menghargai harga diri sendiri. Lebih baik keluar dari lapangan daripada sengaja dipermalukan di tengah lapangan,” kata Hasanuddin, sambil tersenyum. (Tata E. Ansorie)***